Selasa, 19 Mei 2015

LEGENDA CHINA, WANITA PENJELMAAN RUBAH YANG BAIK HATI


Dahula kala ada satu cerita dongeng tentang seorang pria desa yang miskin. Dia tinggal sendiri dirumah yang berlumpur serta atap jerami. Pria tersebut tidak mempunyai istri, ia memasak, mencuci dan bekerja di kebun dan sawah  untuk diri sendiri. 
Pada saat hari ini ada seekor rubah yang memperhatikannya lewati jendela. Rubah itu merasa kasihan melihat laki-laki itu. Sehingga, pada suatu hari rubah itu ingin membantu dan pada saat laki-laki itu pergi untuk bertani, rubah itu masuk melewati jendela pada pagi harikemudian menjelma menjadi seorang wanita cantik jelita. Ia membersihkan rumah itu dan memasak untuk laki-laki itu, dia lalu menghilang didalam hutan pada sore harinya sebelum laki-laki itu pulang dari bertani atau berkebun.
Hal tersebut berlangsung beberapa saat sampai petani itu curiga, siapa yang membersihkan rumahnya. Jadi ia bersembunyi di tong air yang besar dan menunggu dengan senjata disampingnya. Beberapa saat kemudian, ia melihat seekor rubah masuk dari jendela ke dalam rumahnya. Ia ingin menembaknya tetapi beberapa saat kemudian rubah itu menjelma menjadi seorang wanita yang cantik. Dan kulit rubahnya jatuh ke tanah.
Petani itu menunggu sampai wanita ke kamar sebelah. Lalu ia merangkak keluar dan mengambil kulit rubah dan menyimpannya di bawah tong air, kemudian menyelinap pergi. Pada saat sore harinya, wanita itu selesai mengerjakan tugas rumah itu, lalu ia mencari kulit rubah untuk pergi ke hutan kembali, tetapi ia tidak dapat menemukannya. Lalu, petani itu pulang dan melihat wanita itu dirumah sedang mencari-cari. Petani itu pura-pura kaget dan wanita itu memberitahu kepada laki-laki itu bahwa ia tersesat dan tak tahu jalan pulang. Si wanita rubah sangat khawatir jika laki-laki itu mengetahui dirinya adalah penjelmaan dari rubah.
Karena si wanita tersebut tak tahu arah mana rumah dan kampungnya, si laki-laki itu pun menyuruhnya untuk beristirahat saja di gubuknya. Mau tidak mau si wanita akhirnya menetap di gubuk tua milik si laki-laki desa tersebut, karena tak juga dapat menemukan kulit rubahnya. Sedangkan si laki-laki sangatlah senang karena sekarang sudah ada wanita yang mengerjakan tugas-tugas rumahnya dengan bersih dan rapi serta masakan-masakan enak setiap harinya.  
Tak lama kemudian mereka menikah, mereka hidup bahagia bersama untuk beberapa tahun, sampai mereka punya anak. Pada suatu hari petani itu berkata ke anak-anaknya dengan maksud berkelakar, 
“Ibumu adalah seekor rubah”. Anak kecil itu melihat ke ibunya lalu berkata, 
”Ia bukan rubah, dia adalah ibu kita yang cantik”. jawab anak-naknya
Petani itu memberi bukti dengan menunjukkan kulit rubah, lalu ia berjalan ke tong air dan mengambil kulit rubah yang ia sembunyikan itu. Dia mengira bahwa itu adalah lelucon yang hebat, akan tetapi pada saat petani itu mengambil dan memperlihatkan kepada anak-anaknya tanpa menyadari istrinya sedang memperhatikan kelakaran tersebut sambil terus menatap suaminya.
"hah..jadi selama ini suamiku mengetahui kalau aku seorang wanita jelmaan rubah ?" si wanita itu bergumam sendirian sedangkan matanya terus memandangi dengan teliti setiap gerakan si laki-laki petani yang telah menajadi suaminya itu.
Dan ketika si laki-laki petani itu menunjukkan kulit rubah itu kepada anak-anaknya dengan secepat kilat ibu mereka mengambil kulit rubah itu dan berubah menjadi rubah dan pergi ke dalam hutan, dan mereka tidak pernah melihat rubah itu selamanya lagi. Hal itu membuat si laki-laki itu sangat menyesal dan anak-anaknya telah kehilangan ibunya. 
Sedangkan Si wanita jelmaan rubah tersebut setiap hari tanpa disadari oleh anak-anaknya dan suaminya selalu menjaga dan memperhatikan mereka dan menjaga mereka dari orang-orang jahat atau menjaga hewan-hewan ternak milik mereka.
Nahh, satu pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari dongeng ini adalah bahwa kebohongan yang disimpan beberapa lama pun pasti akan terungkap sedangkan kejujuran meskipun pahit dan tidak menyenangkan tetapi tidak akan menyakiti kita dihari depan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar